Monday, August 21, 2017

Dari Saling Menyalahkan, sampai sirnegik

Ketika bisnis gagal, atau kita kenal bangkrut. Dampak yang paling kuat adalah pada keluarga. Seperti yang saya alami. Jujur saya terkejut dan melempar kesalahan itu pada istruku. Dan dibalas dengan dia menyalahkan saya. Pertengkaranlah terjadi. Dan ini berlangsung hanpir setiap hari. Tidak hanya itu, hampir semua mitra menyalahakan kami. Bahkan orang lain, teman biasa atau sekedar kenal menyalahkan dan memberi komentar negatif. Sedikit banyak itu juga menekan mental kita.

Kepercayaan diri semakin menipis. Akhirnya saya memutuskan tidak bergaul. Tidak menghadiri undangan pernikahan, sunatan maupun yang lain, termasuk pengajian. Berat rasanya ketemu orang. Ada perasaan yang mungkin hanya perasaan saya sendiri, semua orang bakal tidak senang pada saya. Dan semua orang menyalahkan saya.

Kegiatan hanya dirumah membaca buku dan bernegosiasi dengan yang menagih utang. Sampai akhirnya menjual semua aset yang punya. Bahkan laptop anak-anak pun dijual.Yang membuta saya miris adalah wajah sedih anak wadonku, karena dia sudah menjadi penulis blog dan data semua yang dia punya belum sempat dipindahkan pun dijual. Termasuk kamera kesayangan, kebetulan anak wadon suka memotret.

 Karena sudah tidak ada yang layak dijual lagi sampailah buku-buku yang saya miliki terpaksa minta tolong pada teman dekat untuk membelinya, karena untuk makan sehari-hari. Selama hampir tiga tahun kesulitan makan itu terjadi.

Dan puncaknya adalah dua warung Padang juga ditutup, karena tidak bisa melanjutkan sewa kios dan tidak bisa membayar tukang masak. Yang jadi sedih, modal warung itu juga pinjaman dan kerja sama dengan teman. Tekanan semakin menghimpit kami.

Sampai akhirnya ada pikiran untuk cerai. Dan saya menolaknya. Dan anak-anak mengancam, kalau kami cerai, anak-anak tidak akan menikah seumur hidup. Hal ini lah yang menguatkan kami untuk menguatkan hubungan keluarga.

Saya mulai menyadari berkat membaca buku-buku Dr. Stephen R Covey, bahwa menyalahkan orang lain itu tindakan bodoh, dan menutup jalan untuk mengatasi masalah. Secara sadar saya mulai  meminta maaf pada istri, dan tidak berani prasangka buruk lagi. Apapun yang terjadi saya harus berprasangka baik dengan istri, meski itu berat. Pelan-pelan energi saya sudah mulai diarahkan untuk mengatasi masalah, bukan mencari masalah. Saya harus berpikir bahwa belum tentu istriku salah, kenapa saya harus menghukumi hal yang belum tahu. Jangan ada penyesalah dikemudian hari, kalau ternyata itu bukan keselahan istriku mutlak.

Karena sejak awal yang memegang kendali keuangan adalah istriku. Setelah sekian lama saya mulai berfikir agar bisa saya harus memback-up kesalahan istri kepada mereka dan mulai bersinergi dengan istri. Melakukan sinergi tidak  gampang diucapkan tapi susah dalam pelaksanaannya. Meskipun sudah melakukan ini, tetap hubungan kami masih terasa renggang. Bahkan kalau tiba saatnya istri menyalahkan saya, saya tetap membalasnya. Sampai saya bingung. Kenapa saya belum bisa sabar.

Pelan-pelan dan pasti, akhirnya kami bisa bersinergi. Dan kami mulai berkomunikasi dengan baik. Kami saling mendukung. Kalau istri secara tidak sadar menyalahkan saya, anak-anak mengingatkan, jangan terus menyalahkan bapak. Hubungan semakin indah. Kami semakin bisa tertawa, dan saling meledek. Dan kami bertekad menghadapi  persoalan ini bersama.

Kami sudah mulai saling memuji, Saya mengatakan kepada anak-anak, kita beruntung punya orang tua seperti ibumu, terampil memasak dan mau belajar memasak, sehinga ada order masakan apapun bisa dilayani. Istriku pun memuji saya dihadapan anak-anak. Kamu beruntung punya orang tua seperti bapakmu, sabar dan taat ibadah.

Meski kami sering kesulitan makan sehari-hari, tapi hati kami makin tenang. Dan anak-anakpun makin bisa menerima kenyataan. Anak pertamaku memberi tahun sudah mulai kerja apapun kerjaannya dia mau. Anak kedua dibujuk untuk kuliah lagi mau, dia tanya nanti biayanya bagaiman, saya selalu yang menting kuliah dulu, biaya Allah yang ngatur. Dan anak terakhir dibujuk untuk sekolah mau, meskipun sangat sulit. Akhirnya saya bilang, keperluan sekolah kamu akan ditanggung oleh Bulik, baru dia mau.

AGEN ASURANSI

Dalama keadaan tanpa kerjaan dan lontang-lantung, dayang teman lama yang masih sangat muda yakni Yudy, tahun 2008 kami tergabung dalam Entrepreneur University 1 yang diselenggarakan oleh Purdi Candra, tokoh penggerak kewirausahaan yang dahsyat. Meskipun belakangan Purdi Candra bangkrut.

Yudy datang mengenakan mobol Suzuki MPV warna hitam, dengan berpakaian metroseksual. Daia langsung tidak ngomong panjang lebar saya didaftarkan sebagai agen asuransi. Pekerjaaan agen asuransi sebetulnya pernah ditawarkan pada saya pada tahun 1980-an. Tapi saat itu saya menolak, saya memilih menjadi penulis lepas.

Tapi dalam keadaan bingung akhirnya tawaran teman ini saya terima. Dan saya bilang padanya, saya tidak punya apa-apa, tidak punya motor laptop untuk bikin ilustrasi. Dan yang lebih penting saya tidak punya uang untuk operasional. Dia bilang tak perlu khawatir. Dai akan bantu. Dia menepati janji.

Saya mulai ikut training di kantor Fp one di Jl. Hos Cokroaminoto Tegal. Mulai bergaul dengan anak-anak muda yang bersemangat. Saya mulai terisnpirasi semangat mereka. Seperti kebiasaan saya, selalu saya memperdalam apa yang menjadi pekerjaan saya. Dulu waktu saya menjadi wartawan, saya memperdalam ilmu jurnalistik maupun bahasa tulis. Begitupun kini menjadi agen asuransi saya mebaca buku-buku tentang asuransi, baik orang yang paling sukses mau pun cara menjual polis. Di tempat kerja ini mulai ada energi baru. Dan istriku saya ajak terlibat. Ini menambah hubungan kami semakin baik.

Saya mulai bersyukur pada Allah, hubungan saya dan istri terselamatkan dan bahkan semakin menguat, saling mendukung. Dan bersinergi. Kalau ada kemauan untuk memperbaiki hubungan, energi positif dan jalan untuk itu diberikan oleh Tuhan, itulah hebatnya sebuah kemauan.

No comments:

Post a Comment

PERLUKAH KITA BERMEDSOS KETIKA KITA SEDANG MENGALAMI BANGKRUT DAN DIVONIS PENYAKIT KRITIS.

PERLUKAH ORANG YANG SEDANG BANGKRUT DAN DIVONIS SAKIT KRITIS, BERMEDSOS RIA? Memang tergantung pilihan. Ada orang yang memilih menyendiri da...