Sunday, August 20, 2017

Meminta pada anak dan istri, jangan sampai saya stroke. .

Saya bangkrut tahun 2013 dan efeknya sampai 2016. Apa yang saya punya habis buat membayar utang. Tiga rumah, mobil dan tiga sepeda motor. Anak-anak putus kuliah dan sekolah. Tiap hari tekanan-tekanan tagihan terus menerus selama hampir 4 tahun. Tentu saja hubungan saya dan istri tegang dan hampir saja cerai.

Anakku yang pertama waktu itu diterima di Unpad dan UNS. Dan akhirnya memilih di UNS. Saya tidak tahu pertimbangan anak, tapi kemungkinan besar karena teman-temannya banyak kuliah di Surakarta. Terutama teman-teman basket. Karena anakku memang kapten Basket di SMA Negeri 1 Tegal. Meskipun tidak satu kampus, anakku sering mengikuti lomba atas nama di kampus temannya, yakni UMS.

Waktu saya meminta anak pertama ini berhenti, betul-betul dalam kondisi panik.Jadi tidak mempertimbangkan perasaan anak sama sekali. Saya baru menyadari betapa kecewanya anak disuruh berhenti kuliah, dan tanpa memberi solusi sama sekali agar tetap bisa kuliah. Tapi dia manut saja. Semua barang-barangnya ditinggal di Surakarta, sebagian juga ada yang dijual disana.

Anakku yang kedua sebetulnya diterima di ITL (Institut Teknologi Lampung), tapi karena kampusnya belum jadi, jadi kuliah di ITB. Pada tahun-tahun ini tanda-tanda kesulitan keuangan sudah muliah terasa. Maka dipilihlah kuliah di Udinus Semarang, ambil Teknik Industri. Pada akhirnya juga berhenti kuliah dan disuruh pulang.

Anak kedua ini tampak kecewa banget, dan frustasi. Tapi tetap diam. Kini ada dua anakku jadi pengangguran di rumah, yang sekarang bukan di rumah milik sendiri tapi rumah sewa. Karena tiga rumah sudah untuk bayar utang.

Anak ketiga ini sekolah di SMA Nasima Semarang. Kami sebenarnya tidak setuju, karena maksa, akhirnya kita ikuti, dan juga disuruh pulang. Anak ini berontak dan tampak putus asa. Tapi bagaimana lagi, ini langkah terakhir. Kami sudah tidak mempunyai pendapatan sama sekali. Sempurnalah tiga-tiganya jadi pengangguran di Tegal.

Banyak saran dari teman-teman dekat, mestinya anak-anak jangan sampai putus kuliah dan sekolah, meskipun orang tuanya kesuliatan keuangan. Tapi saya mau jelaskan apa kepada mereka, bahwa keadaan kami benar-benar sakarat secara keuangan. Berjalannya waktu, setelah dua tahun, Anak pertama mau kerja apa saja. Anak kedua mau kuliah di Tegal, yakni dimana saya mengajar yakni Poltek Harber, ambil jurusan Komputer. Dan anak terakhir mau sekolah di SMA dua, setelah ada jaminan dari adikku untuk membiayai sampai lulus.

Ini semua tentu dengan perjuangan yang sangat berat. Kami sama sekali tidak punya motor. Akhirnya si Sulung ambil motor kreditan, jadi bisa antar jemput anak-anak kuliah dan sekolah. Karena gajinya hanya untuk bayar kuliah anak kedua dan untuk tombok makan sehari-hari, motor pun sampai sekarang tidak bisa setor, untung tidak dicabut oleh leasing.

Dalam kondisi seperti ini, keributan tentu sering terjadi. Dan tentu selalu sumber kesalahan ditujukan pada saya. Saya tidak bisa membantah, hanya saja saya bilang kepada istri dan anak-anakku. "Kalau kalian selalu menyalahkan saya, saya bisa terserang stroke atau serangan jantung. Sementara persoalan kita sangat besar. Bagaimana kalau kamu berhenti. Kalau tidak mau berhenti, saya akan selalu menghindari kalian, kalau kalian lagi marah, " kataku.

Dan selalu saja marah-marah dan menyalahkan saya. Tidak berhenti. Baru di tahun 1017 serangan-serangan itu berhenti, karena saya sering sakit dan dirawat di Rumah Sakit. Dan saya bersyurkur adikku bisa membayar tunggakkan BPJS selama dua tahun tidak setor,  sehingga saya bisa gratis kalau dirawat di rumah sakit.

Dan kini prioritas saya kalau tanggal muda adalah bayar BPJS, soal makan nomor dua. Alhamdulillah ternyata bisa lancar sampai sekarang.

Saya mulai kembali mengajar dan kami juga jualan warung padang, tapi tutup tidak bisa melanjutkan kontrak tempatnya. Akhirnya hanya melayani pesanan. Sampai sekarang. Tapi ya itu, masih harus sabar. Semua peralatan warung padang dijual, sampai kursi-kursinya.
Anakku pertama, bekerja apa saja, dan sekarang ikut mengelola Warnet temannya. Anak kedua mulai kuliah dimana aku mengajar. Dan anak terakhir mulai menemukan akal, bisnis cuci sepatu. Karena sejak mau sekolah lagi di SMA, tidak punya motor,dan tidak pernah sangu. Katanya sempat jadi tukang parkir,saya biarkan.

Kini dia minta ijin menjadi tukang cuci sepatu, dan alhamdulillah dia bisa sangu sendiri dan bisa beli pakainnya sendiri sampai sekarang. Dan anak pertama diminta mengelola Warnet, dan saya biarkan, saya bilang sambil belajar Bisnis Internet Marketing. Dan anak kedua mulai rajin menulis di blog dan mulai ikut lomba Menulis Cerpen, dan menjadi juara ketiga se Perguruan Tinggi se Jawa Tengah.

Saya mulai belajar tentang Internet Marketing yang tujuan saya adalah memasarkan properti. Saya belajar youtube, istagram, dan google adsen. Dan terus belajar, intinya mengembangkan pemasaran properti. Dan saya mulai percaya diri. Meski masih kekurangan dan belum bisa hidup layak.
Mohon doa,saya tetap sehat.

3 comments:

  1. Kisah yang amat menyentuh dan memotivasi. Hampir mbrebes mili. Mas Zaenal sungguh tahan banting. Jadi ingin sering ngobrol dengan panjenengan, mas Zaenal.

    Tetap tegar, mas.

    ReplyDelete
  2. Surat Yusuf yang menguatkan saya mas.

    ReplyDelete
  3. Semoga selalu dimudahkan ya pak, dan diberikan kesehatan, kekuatan, dan keutuhan keluarga.

    ReplyDelete

PERLUKAH KITA BERMEDSOS KETIKA KITA SEDANG MENGALAMI BANGKRUT DAN DIVONIS PENYAKIT KRITIS.

PERLUKAH ORANG YANG SEDANG BANGKRUT DAN DIVONIS SAKIT KRITIS, BERMEDSOS RIA? Memang tergantung pilihan. Ada orang yang memilih menyendiri da...