Wednesday, August 30, 2017

Menabung kepercayaan.

Kepercayaan diri pelan-pelan lenyap, karena tekanan-tekanan orang lain terutama mitra bisnis, teman dan keluarga yang tidak menaruh kepercayaan kepada diri kita. Bila tekanan ini berlangsung lebih dari tiga tahun, hilanglah kepercayaan diri ini. Hal ini dialami oleh orang - orang yang jatuh di dalam  dunia politik, bisnis dan mantan narapidana korupsi.

Pertanyaannya kepercayaan diri yang hilang itu bisakah kembali? Tentu bagi orang berpikir positif mengatakan bisa, asal berusaha dengan gigih dan tentu saja melalui proses yang sedikit panjang. Intinya apa yang diajarkan oleh nabi Yakub dipegang teguh: jangan putus asa dari rahmat Allah.

MENATA MINDSET

Menata mindset bagi orang orang kehilangan kepercayaan diri itu memang lumayan berat. Itu juga yang saya alami selama lebih dari tiga tahun. Penilaian sebagian masyarakat yang buruk terhadap diri saya sangat mempengaruhi dan menekan saya kurang percaya diri.. Saya terpaksa membaca buku-lagi dan mengkaji Al-Quran lagi lebih mendalam.

Di dalam ajaran agama faktor ikhlas terhadap apa yang kita alami, baik karena kesalahan diri sendiri mau pun ada tindakan hazad orang lain kepada kita. Jangan mencoba melawan, itu menghabiskan energi. Semakin kita kuat melawan, serangan mereka semakin dahsyat dan itu berulang-ulang saya alami.

Monday, August 28, 2017

Kalau kepercayaan sudah hancur, apakah bisa pulih kembali?

Saya menyadari, kepercayaan orang terhadap saya sebagai person maupun sebagai wirausahawan sudah hancur lebur. Saya mencoba menggunakan medsos, malah senjata makan tuan. Banyak orang mulai nagih melalui medsos dan menghina. Tapi saya tidak putus asa terus ber medsos. Di tahuan 2013 saya mulai hancur secara keuangan, juga hancur secara kepercayaan orang. Baik mitra usaha, atau teman, Istilah Stephen R Covey, tabungan kepercayaan sudah habis..

Sunday, August 27, 2017

"Buat apa shalat, bapak yang shalat terus saja tidak amanah" kata Anakku Pertama.

Saya memang bukan dari keluarga yang beragama, atau tepatnya bukan dari kalangan santri. Ibu-bapakku setahuku, sejak saya kecil tidak melaksanakan shalat lima waktu. Tapi sejak saya remaja, saya anak mushala. Bahkan tidurnya pun sering di mushla, baik karena di rumah tidak punya kamar untuk saya, atau mungkin lebih senang tidur dimushala. Saya sejak remaja aktivis PII (Pelajar Islam Indonesia), bahkan sebagai pendiri PII Ranting Panggung Tegal.

Saturday, August 26, 2017

Bunda: "Kalau kamu putus asa, bagaimana dengan nasib anak-anakmu?"

Ketika semua harapan sudah tertutup, bahkan peluang pun seoah tidak ada lagi untuk hidup aman. Seakan di depan mata dan nun jauh disana tidak ada jalan lagi buat hidup. Hujatan-hujatan orang, teman-teman yang mulai menjauh, dan terutama mitra-mitra juga sangat jauh. Berdoa kepada Tuhan pun seolah tidak mungkin. Ada bisikan ibunda yang begitu pelan dan setengah menangis putus asa.

Thursday, August 24, 2017

Membangun Kepercayaan

Sulit bagi orang yang bangkrut membangun kepercayaan. Gagal bisnis umumnya lantaran seringnya tidak bisa memenuhi janji-janji dengan mitra bisnis. Dan untuk mengembalikan teramat sulit. Tapi bukan berarti tidak bisa mengembalikan kepercayaan lagi. Sangat bisa, hanya saja harus sabar dalam menjalani proses.

Pertama, penuhilah janji-janji yang mungkin bisa dipenuhi dari yang ringan-ringan. Jangan berjanji yang hanya menyenangkan orang lain, tapi sesungguhnya tidak akan bisa dipenuhi. Misalnya karena tekanan yang kuat dari sang penagih, karena takut, lantas berjanji. Ini tidak boleh dilakukan. Lebih baik pahit di depan.

Kedua saya memilih berjanji dengan orang yang menghutangi dengan nilai yang paling kecil, meskipun utangnya cukup besar. Seperti contoh, kami utang dengan mitra senilai Rp. 100 juta, kami sudah ditekan dan diancam, tapi kami tetap mengatakan, "untuk makan saja, saya susah, bagaimana saya bisa memenuhi janji dengan angsuran yang sesuai dengan permintaan si penagih utang. Saya bilang , insya Allah saya bisa mengngsur sebulan Rp. 100 ribu. Alhamdulillah disetujui. Alhamdulillah hal ini sudah berlangsung lebih dari dua tahun.

Adapun utang yang lebih besar, saya bilang insa Allah kalau pendapatan saya meningkat, baru bisa mengangsur. Pernah kami ketemu orang yang mengutangi di depan ATM, orang itu bilang"masih ingat saya pak?" Saya bilang tentu ingat Bu. Lantas ibu - ibu itu bilang , "Saya tidak mengharapkan Bapak ngangsur besar, seadanya saja, boleh sebulan Rp. 500 ribu/bulan. Saya jawab, doakan saja ya Bu, saya lagi berusaha membangun jaringan kembali dan membangun bisnis lagi. Doa kan saya sehat.

Ini saya lakukan tentu setelah semua aset yang saya miliki dijual untuk membayar utang. Dan saya sudah tidak memiliki lagi barang berharga yang bisa dijual. Termasuk buku-buku kesukaan saja saya jual, sehingga bacaanku hampir habis untuk makan sehari-hari. Saya utamakan membayar utang, semua milik anak pun saya paksa saya jual seperti motor, laptop dan hak mereka sebagai anak pun aku tarik yakni keluar dari Perguruan Tinggi dan sekolah.

Saya tunjukkan dengan sungguh-sungguh ingin mengatasi masalah. Tentu ada yang percaya dan ada yang menganggap kami pura-pura. Sehingga tidak mau tahu, tapi saya harus cukup sabar untuk menjelaskan kepada mereka, bahwa saya jujur.

Di dalam bisnis saya juga membangun kepercayaaan. Karena saya sebagai agent properti, saya memasarkan secara maksimal, melebihi orang lain, atau agen lain. Saya habis-habisan dalam memasarkan properti yang menyerahkan kepada saya. Itu dulu yang saya kerjakan untuk membangun kepercayaan dalam bisnis.

Alhamdulillah saya sejak muda memang punya reputasi yang baik, pekerja keras, dan jujur. Kalau pun saya terjadi slip dalam bisnis, itu diluar kendali saya. Dan mereka tahu dari informasi yang mereka dapatkan tentang saya.

Kini saya melakukan optimalisasi pemasaran properti. Yakni menggunakan, media-media yang ada, tentlu yang gratis seperti: Instagram, Facebook, youtube, Dengan modal seadanya saya bikin video, artikel iklan dan BC melalui Whatsapp dan Blackberry. Pokoknya saya habis-habisan dalam melakasanakn pemasaran, sehingga kami ditambah lagi untuk memasarkan properti, meski penjualannya belum membanggakan.

Semua itu hanya lah ikhtiar, tapi menanamkan kepercayaan dihati mitra dan oran glain hak Allah. Kita sebagai manusia tidak berhak.

Wednesday, August 23, 2017

Mulai Bangkit .

Yang tidak bisa hilang dari saya adalah selalu tersenyum. Dalam keadaan apa pun. Setelah berhasil menjual rumah inti, sebagian untuk membayar utang, sebagian untuk sewa rumah. Saya mencoba buka kantor lagi, yang malah yang datang orang - orang yang menagih utang dan komplain. Kantor itu tidak produktif dan tidak melanjutkan sewa tempat lagi. Saya sudah putuskan untuk sementara tidak bisnis properti lagi. Dan melangkah di kuliner. Karena modal sudah tidak ada lagi, saya menyampaikan kepada salah seorang sahabat yakni mas Sarnapi. Mas Sarnapi pun membiayai bisnis kuliner ini. Kami punya dua warung padang. Semula memang omsetnya bagus sehari bisa Rp. 1,8 juta. Tapi kemudian pengelola tidak terus terang lagi mengenai ompset. Akhirnya kami putus hubungan.


Kemudaian dua warung itu dikelola sendiri. Rupanya mengelola warung tidak mudah. Saya terpaksa harus belajar memasak sendiri. Sampai akhirnya saya bisa memasak masakan padang. Tentu saja dibantu keluarga. Karena tenaga terbatas dan kami mudah capek, pelayanan pun menurun, dan pelanggan pun merosot total. Untuk membayar sewa tempat warung, tidak mampu lagi. Dan untuk sewa pun saya dipinjami teman mbak Nelly, jadi utangku tambah besar. Utang pada mas Sarnapi dan pada mbak Nelly. Tutup lah dua warung itu. Kami kehilangan pekerjaaan dan penghasilan.

Mulailah saya terjun di dunai asuransi, ini berlangsung lebih dari dua tahun. Tapi karena mindset saya sangat buruk, tidak menghasilkan apa-apa, meskipun  semua training saya ikuti. Saya mulai mendalami dunia asuransi, baik dari bacaan maupun dari training-training. Yudi, adalah seorang leader asuransi yang sangat suport, tapi dasar mindset saya jelek, maka tidak menghasilkan apa-apa.

Ada pelajaran yang menarik dari agen asuransi, yakni grooming. Cara berpakaian yang sempurna dan rapi. Kareena saya tidak punya pakain bagus,saya memakai pakaian seadanya yang penting kelihatan bagus. Dan tentu saja bersepatu. Suatu hari kami ikut trainging di Purwokerto. Dan acara itu dihadiri orang-orang penting asuransi. Tiba-tiba sepatu saya lem nya lepas, jadi gak bisa dipakai lagi. Terpaksa saya melepas sepatu. Ini sangat membuat saya minder.

Rupaya berbagai training dan baca buku, kalau mindsetnya buruk tidak bakal berhasil. Ini kesimpulan saya selama di agen asuransi. Tapi saya terus keliling untuk prospek, hasilnya memalukan. Tapi kepercayaan saya terhadap asuransi tumbuh dengan sendirinya. Bahwa, seseorang perlu ada perlindungan asuransi. Supaya biaya hidupnya tidak banyak. Sampai sekarang saya masih yakin bahwa asuransi sangat penting bagi kehidupan.

Disinilah saya menata kembali mindset. Saya mulai banyak membaca Al-Quran dan buku-buku tentang mindset. Akhinya saya berkeyakinan, untuk merubah dunia, rubalah keyakinan dan pikiran yang ada dalam diri kita sendiri terlebih dulu.Baru dunia bisa kita ubah.

Dan saya selalu tersenyumm dalam keadaan apapun.

Tuesday, August 22, 2017

Utang Rp.100 juta, nyicil sebulan Rp. 100 ribu.

Hal yang paling sulit dalam negosiasi adalah nego kepada penagih utang. Sebagai orang yang sedang bangkrut tentu mengalami tekenan-tekanan dari penagih utang. Karena kesal mereka tidak jarang menghina kepada kami. Dan tidak jarang dengan ancaman-ancaman. Karena kami memang tidak adauang untuk mengembalikan dengan segera, kami tidak janji tapi nego. Adakalanya berhasil ada kalanya tidak berhasil. Ini sangat melelahkan secara fisik dan juga secara mental.

Yang tampak semakin panik dan trauma adalah anak-anak. Mereka tampak ketakutan saat ada sang penagih utang marah-marah dan berteriak. Kalau ada orang mengetuk pintu, anak bungsuku langsung berkeringat dan bilang "ada orang nagih utang." Padahal belum tentu itu penagih utang. Tapi itu respon spontan anak bungsuku.

Trauma ada tamu seperti ini berlangsung lebih dari tiga tahun. Saya sebagai orang tua yang selalu mendidik dan menjaga anak, dengan keadaan seperti ini tentu mencemaskan saya sendiri. Tapi pelan-pelan trauma ini hilang bersama waktu. Dan berubah dengan menerima kenyataan dan pasrah.

Yang kedua adalah ibuku. Karena terlalu banyaknya tekanan, atau mungkin karena usia yang menua, ibuku akhirnya kena penyakit jantung. Untuk ibuku ini saya merasa bersalah dan berdosa. Karena ibuku semakin tidak nyaman di rumah. Saya sudah sering bilang sama ibuku, supaya ikut adikku yang cukup makmur, tapi selalu jawabnya, biar ikut saya saja.

Jusru ucapan itu membuat saya semakin merasa berdosa. Dititipi Allah seorang ibu saja tidak bisa membahagiakannya justru membikin sering cemas dan tidak nyaman. Godaan untuk pergi ke orang pinter dan kyai selalu datang kepada saya. Cuma saya dari dulu tidak percaya ada orang pinter atau kyai yang bisa menyelesaikan  masalah orang lain. Yang bisa memecahkan masalah kita adalah kita sendiri.

Ada kabar slentingan, ada anak muda yang mempunyai kasus hampir mirip dengan saya, dia menerima investasi lebih dari dua milyar dari banyak orang, Rumah makan yang yang dijadikan andalah omsetnya justru tidak berkembang, buka cabang juga tidak berkembang. Akhirnya dia tidak bisa mengembalikan investasi itu. Kabarnya dia punya pengacara yang siap membantu dan tidak komersil.

Akhirnya saya datang ke anak muda itu, dan saya diberi alamat. Saya dan istri datang ke pengacara muda yang juga sebagai pengurus Pesantren itu. Rumahnya sangat sulit ditempuh, dan anak muda yang tampak tulus ini tidak memasang tarif, bahkan tidak meminta uang. Setelah saya dan istri saya menyampaikan permasalahannya, dia termenung dan berkata: Ibu sayang anak-anak apa sayang diri ibu sendiri. Kalau sayang anak-anak, lepaskanlah beban itu jangan ditimpakan pada anak-anak. Biarkanlah anak-anak dengan bimbingan Tuhan memilih jalannya sendiri. Dan ibu dengan ikhlas siap dipenjara. Tapi kalau ibu memilih diri ibu sendiri, anak-anak seumur hidup menderita karena persoalan ibu.

Akhirnya istri dan saya menyatakan siap melindungi anak-anak, dan kami menyerahkan segala persoalan dan data kepada pengacara yang santri itu. Dan kami menyerahkan diri kepada para penagih utang dengan ikhlas. Kami siap dipenjara. Dari situ, mereka mulai berfikir, bahwa mereka memilih jalan kompromi dan membiarkan kami bekerja untuk mengembalikan utang-utang mereka meski dalam waktu yang tidak menentu.

Setiap penagih utang datang saya sampaikan pesan pengacara itu pada mereka. Satu persatu mereka memilih menunggu kebaikan finansial saya, dan mereka percaya bahwa saya bisa mengembalikan utang-utang meski dengan sabar.

Mereka sering datang tapi bukan untuk menagih utang, hanya menanyakan bagaimana sudah bisa nyicil? Saya bilang belum. Dan ada saya penagih yang selalu mengancam dan pernah lapor polisi, yang akhirnya dicabut, minta saya menyicil sekecil berapapun yang penting ngangsur.

Setelah semua habis dan kami hidup terlunta-lunta, tidak bisa bayar kontrak rumah, sampai kemudian dipinjami rumah oleh seorang teman,  tanpa bayar dan bersedia pindah manakala ada yang mau beli. Setelah rumah itu terjual, kami pun bingung mau pindah kemana. Tapi Allah selalu menolong umatnya. Saya dapat tawaran tetangga untuk melanjutkan kontrak rumah, hanya 8 bulan, kami hanya bayar Rp. 2 juta. Akhirnya bisa pindah sesuai rencana.

Setiap orang yang menagih, saya pasrah. Kalau masih percaya berilah waktu. Dan melihat keadaanku yang begitu tak mampu. Malah ada yang meminta nyicil semampuku. Aku bilang bagaimana kalau sebulan Rp. 100 ribu (padahal utangku lebih dari Rp.100 juta), dan disetujui. Kami sudah ngangsur lebih dari dua tahun.

Kepada penagih utang selalu saya mengatakan, doa kan aku selalu sehat, insya Allah saya bisa Jaya kembali. Dan mereka Alhamdulillah berlaku sopan - sopan. Dan saya mulai merintis usaha, meski  tanpa modal, bahkan hp pun suka dijual karena untuk kebutuhan makan. Semua ini tentu saja pertolongan Allah semata.

Dalam proses itu, saya terus membaca buku dan Al-Qurna. Siang dan malam. Saya makin melihat keagungan Allah. Dan bertambah bersyukur. Keluarga utuh, meskipun luka anak-anak belum sembuh betul.

Aku alhamdulillah tidak pernah emosi, meski dihina apa pun oleh penagih yang tidak sabar. Itu betul-betul ilham dari Allah semata.

Monday, August 21, 2017

Dari Saling Menyalahkan, sampai sirnegik

Ketika bisnis gagal, atau kita kenal bangkrut. Dampak yang paling kuat adalah pada keluarga. Seperti yang saya alami. Jujur saya terkejut dan melempar kesalahan itu pada istruku. Dan dibalas dengan dia menyalahkan saya. Pertengkaranlah terjadi. Dan ini berlangsung hanpir setiap hari. Tidak hanya itu, hampir semua mitra menyalahakan kami. Bahkan orang lain, teman biasa atau sekedar kenal menyalahkan dan memberi komentar negatif. Sedikit banyak itu juga menekan mental kita.

Kepercayaan diri semakin menipis. Akhirnya saya memutuskan tidak bergaul. Tidak menghadiri undangan pernikahan, sunatan maupun yang lain, termasuk pengajian. Berat rasanya ketemu orang. Ada perasaan yang mungkin hanya perasaan saya sendiri, semua orang bakal tidak senang pada saya. Dan semua orang menyalahkan saya.

Kegiatan hanya dirumah membaca buku dan bernegosiasi dengan yang menagih utang. Sampai akhirnya menjual semua aset yang punya. Bahkan laptop anak-anak pun dijual.Yang membuta saya miris adalah wajah sedih anak wadonku, karena dia sudah menjadi penulis blog dan data semua yang dia punya belum sempat dipindahkan pun dijual. Termasuk kamera kesayangan, kebetulan anak wadon suka memotret.

 Karena sudah tidak ada yang layak dijual lagi sampailah buku-buku yang saya miliki terpaksa minta tolong pada teman dekat untuk membelinya, karena untuk makan sehari-hari. Selama hampir tiga tahun kesulitan makan itu terjadi.

Dan puncaknya adalah dua warung Padang juga ditutup, karena tidak bisa melanjutkan sewa kios dan tidak bisa membayar tukang masak. Yang jadi sedih, modal warung itu juga pinjaman dan kerja sama dengan teman. Tekanan semakin menghimpit kami.

Sampai akhirnya ada pikiran untuk cerai. Dan saya menolaknya. Dan anak-anak mengancam, kalau kami cerai, anak-anak tidak akan menikah seumur hidup. Hal ini lah yang menguatkan kami untuk menguatkan hubungan keluarga.

Saya mulai menyadari berkat membaca buku-buku Dr. Stephen R Covey, bahwa menyalahkan orang lain itu tindakan bodoh, dan menutup jalan untuk mengatasi masalah. Secara sadar saya mulai  meminta maaf pada istri, dan tidak berani prasangka buruk lagi. Apapun yang terjadi saya harus berprasangka baik dengan istri, meski itu berat. Pelan-pelan energi saya sudah mulai diarahkan untuk mengatasi masalah, bukan mencari masalah. Saya harus berpikir bahwa belum tentu istriku salah, kenapa saya harus menghukumi hal yang belum tahu. Jangan ada penyesalah dikemudian hari, kalau ternyata itu bukan keselahan istriku mutlak.

Karena sejak awal yang memegang kendali keuangan adalah istriku. Setelah sekian lama saya mulai berfikir agar bisa saya harus memback-up kesalahan istri kepada mereka dan mulai bersinergi dengan istri. Melakukan sinergi tidak  gampang diucapkan tapi susah dalam pelaksanaannya. Meskipun sudah melakukan ini, tetap hubungan kami masih terasa renggang. Bahkan kalau tiba saatnya istri menyalahkan saya, saya tetap membalasnya. Sampai saya bingung. Kenapa saya belum bisa sabar.

Pelan-pelan dan pasti, akhirnya kami bisa bersinergi. Dan kami mulai berkomunikasi dengan baik. Kami saling mendukung. Kalau istri secara tidak sadar menyalahkan saya, anak-anak mengingatkan, jangan terus menyalahkan bapak. Hubungan semakin indah. Kami semakin bisa tertawa, dan saling meledek. Dan kami bertekad menghadapi  persoalan ini bersama.

Kami sudah mulai saling memuji, Saya mengatakan kepada anak-anak, kita beruntung punya orang tua seperti ibumu, terampil memasak dan mau belajar memasak, sehinga ada order masakan apapun bisa dilayani. Istriku pun memuji saya dihadapan anak-anak. Kamu beruntung punya orang tua seperti bapakmu, sabar dan taat ibadah.

Meski kami sering kesulitan makan sehari-hari, tapi hati kami makin tenang. Dan anak-anakpun makin bisa menerima kenyataan. Anak pertamaku memberi tahun sudah mulai kerja apapun kerjaannya dia mau. Anak kedua dibujuk untuk kuliah lagi mau, dia tanya nanti biayanya bagaiman, saya selalu yang menting kuliah dulu, biaya Allah yang ngatur. Dan anak terakhir dibujuk untuk sekolah mau, meskipun sangat sulit. Akhirnya saya bilang, keperluan sekolah kamu akan ditanggung oleh Bulik, baru dia mau.

AGEN ASURANSI

Dalama keadaan tanpa kerjaan dan lontang-lantung, dayang teman lama yang masih sangat muda yakni Yudy, tahun 2008 kami tergabung dalam Entrepreneur University 1 yang diselenggarakan oleh Purdi Candra, tokoh penggerak kewirausahaan yang dahsyat. Meskipun belakangan Purdi Candra bangkrut.

Yudy datang mengenakan mobol Suzuki MPV warna hitam, dengan berpakaian metroseksual. Daia langsung tidak ngomong panjang lebar saya didaftarkan sebagai agen asuransi. Pekerjaaan agen asuransi sebetulnya pernah ditawarkan pada saya pada tahun 1980-an. Tapi saat itu saya menolak, saya memilih menjadi penulis lepas.

Tapi dalam keadaan bingung akhirnya tawaran teman ini saya terima. Dan saya bilang padanya, saya tidak punya apa-apa, tidak punya motor laptop untuk bikin ilustrasi. Dan yang lebih penting saya tidak punya uang untuk operasional. Dia bilang tak perlu khawatir. Dai akan bantu. Dia menepati janji.

Saya mulai ikut training di kantor Fp one di Jl. Hos Cokroaminoto Tegal. Mulai bergaul dengan anak-anak muda yang bersemangat. Saya mulai terisnpirasi semangat mereka. Seperti kebiasaan saya, selalu saya memperdalam apa yang menjadi pekerjaan saya. Dulu waktu saya menjadi wartawan, saya memperdalam ilmu jurnalistik maupun bahasa tulis. Begitupun kini menjadi agen asuransi saya mebaca buku-buku tentang asuransi, baik orang yang paling sukses mau pun cara menjual polis. Di tempat kerja ini mulai ada energi baru. Dan istriku saya ajak terlibat. Ini menambah hubungan kami semakin baik.

Saya mulai bersyukur pada Allah, hubungan saya dan istri terselamatkan dan bahkan semakin menguat, saling mendukung. Dan bersinergi. Kalau ada kemauan untuk memperbaiki hubungan, energi positif dan jalan untuk itu diberikan oleh Tuhan, itulah hebatnya sebuah kemauan.

Sunday, August 20, 2017

Meminta pada anak dan istri, jangan sampai saya stroke. .

Saya bangkrut tahun 2013 dan efeknya sampai 2016. Apa yang saya punya habis buat membayar utang. Tiga rumah, mobil dan tiga sepeda motor. Anak-anak putus kuliah dan sekolah. Tiap hari tekanan-tekanan tagihan terus menerus selama hampir 4 tahun. Tentu saja hubungan saya dan istri tegang dan hampir saja cerai.

Anakku yang pertama waktu itu diterima di Unpad dan UNS. Dan akhirnya memilih di UNS. Saya tidak tahu pertimbangan anak, tapi kemungkinan besar karena teman-temannya banyak kuliah di Surakarta. Terutama teman-teman basket. Karena anakku memang kapten Basket di SMA Negeri 1 Tegal. Meskipun tidak satu kampus, anakku sering mengikuti lomba atas nama di kampus temannya, yakni UMS.

Waktu saya meminta anak pertama ini berhenti, betul-betul dalam kondisi panik.Jadi tidak mempertimbangkan perasaan anak sama sekali. Saya baru menyadari betapa kecewanya anak disuruh berhenti kuliah, dan tanpa memberi solusi sama sekali agar tetap bisa kuliah. Tapi dia manut saja. Semua barang-barangnya ditinggal di Surakarta, sebagian juga ada yang dijual disana.

Anakku yang kedua sebetulnya diterima di ITL (Institut Teknologi Lampung), tapi karena kampusnya belum jadi, jadi kuliah di ITB. Pada tahun-tahun ini tanda-tanda kesulitan keuangan sudah muliah terasa. Maka dipilihlah kuliah di Udinus Semarang, ambil Teknik Industri. Pada akhirnya juga berhenti kuliah dan disuruh pulang.

Anak kedua ini tampak kecewa banget, dan frustasi. Tapi tetap diam. Kini ada dua anakku jadi pengangguran di rumah, yang sekarang bukan di rumah milik sendiri tapi rumah sewa. Karena tiga rumah sudah untuk bayar utang.

Anak ketiga ini sekolah di SMA Nasima Semarang. Kami sebenarnya tidak setuju, karena maksa, akhirnya kita ikuti, dan juga disuruh pulang. Anak ini berontak dan tampak putus asa. Tapi bagaimana lagi, ini langkah terakhir. Kami sudah tidak mempunyai pendapatan sama sekali. Sempurnalah tiga-tiganya jadi pengangguran di Tegal.

Banyak saran dari teman-teman dekat, mestinya anak-anak jangan sampai putus kuliah dan sekolah, meskipun orang tuanya kesuliatan keuangan. Tapi saya mau jelaskan apa kepada mereka, bahwa keadaan kami benar-benar sakarat secara keuangan. Berjalannya waktu, setelah dua tahun, Anak pertama mau kerja apa saja. Anak kedua mau kuliah di Tegal, yakni dimana saya mengajar yakni Poltek Harber, ambil jurusan Komputer. Dan anak terakhir mau sekolah di SMA dua, setelah ada jaminan dari adikku untuk membiayai sampai lulus.

Ini semua tentu dengan perjuangan yang sangat berat. Kami sama sekali tidak punya motor. Akhirnya si Sulung ambil motor kreditan, jadi bisa antar jemput anak-anak kuliah dan sekolah. Karena gajinya hanya untuk bayar kuliah anak kedua dan untuk tombok makan sehari-hari, motor pun sampai sekarang tidak bisa setor, untung tidak dicabut oleh leasing.

Dalam kondisi seperti ini, keributan tentu sering terjadi. Dan tentu selalu sumber kesalahan ditujukan pada saya. Saya tidak bisa membantah, hanya saja saya bilang kepada istri dan anak-anakku. "Kalau kalian selalu menyalahkan saya, saya bisa terserang stroke atau serangan jantung. Sementara persoalan kita sangat besar. Bagaimana kalau kamu berhenti. Kalau tidak mau berhenti, saya akan selalu menghindari kalian, kalau kalian lagi marah, " kataku.

Dan selalu saja marah-marah dan menyalahkan saya. Tidak berhenti. Baru di tahun 1017 serangan-serangan itu berhenti, karena saya sering sakit dan dirawat di Rumah Sakit. Dan saya bersyurkur adikku bisa membayar tunggakkan BPJS selama dua tahun tidak setor,  sehingga saya bisa gratis kalau dirawat di rumah sakit.

Dan kini prioritas saya kalau tanggal muda adalah bayar BPJS, soal makan nomor dua. Alhamdulillah ternyata bisa lancar sampai sekarang.

Saya mulai kembali mengajar dan kami juga jualan warung padang, tapi tutup tidak bisa melanjutkan kontrak tempatnya. Akhirnya hanya melayani pesanan. Sampai sekarang. Tapi ya itu, masih harus sabar. Semua peralatan warung padang dijual, sampai kursi-kursinya.
Anakku pertama, bekerja apa saja, dan sekarang ikut mengelola Warnet temannya. Anak kedua mulai kuliah dimana aku mengajar. Dan anak terakhir mulai menemukan akal, bisnis cuci sepatu. Karena sejak mau sekolah lagi di SMA, tidak punya motor,dan tidak pernah sangu. Katanya sempat jadi tukang parkir,saya biarkan.

Kini dia minta ijin menjadi tukang cuci sepatu, dan alhamdulillah dia bisa sangu sendiri dan bisa beli pakainnya sendiri sampai sekarang. Dan anak pertama diminta mengelola Warnet, dan saya biarkan, saya bilang sambil belajar Bisnis Internet Marketing. Dan anak kedua mulai rajin menulis di blog dan mulai ikut lomba Menulis Cerpen, dan menjadi juara ketiga se Perguruan Tinggi se Jawa Tengah.

Saya mulai belajar tentang Internet Marketing yang tujuan saya adalah memasarkan properti. Saya belajar youtube, istagram, dan google adsen. Dan terus belajar, intinya mengembangkan pemasaran properti. Dan saya mulai percaya diri. Meski masih kekurangan dan belum bisa hidup layak.
Mohon doa,saya tetap sehat.

Saturday, August 19, 2017

Tugas lelaki dan rasa nyaman.

Tugas lelaki adalah menjaga, agar semua menjadi lebih nyaman. Meskipun keadaan demikian panik. Karena lelaki adalah sopir, nakhoda, pilot. Dia harus tenang.

Membiasakan ucapan terima kasih.

Aku kedatangan tamu, teman lama. Istri saya keluar menyajikan wedang teh. Dan tak lupa saya dengan nada hormat saya mengatakan pada istri saya, "Matur nuwun." Sahabatku bertanya, karena lama gak ketemu istriku, "Tadi siapa?." Saya jawab "istriku," jawabku.

Saya bilang kenapa tanya, "soalnya kamu bilang 'matur nuwun' sama istrimu," aku tertawa. Itu kebiasaanku. Kalaupun yang menyodorkan anakku pun saya akan memperlakukan yang sama.
Rupanya dia kaget dengan kebiasaanku mengucapkan terima kasih kepada keluargaku. Padahal ini saya biasakan sekalipun pada anak-anakku.

Friday, August 18, 2017

Tawakal dan Doa

Wahai orang yang lagi menderita sakit fisik dan sakit hati, berdoalah dengan tawakal.

Keserakahan dan Takut Mati.

Semakin berasa dekat dengan ajal, saat teman-teman baik sudah pada "mangkat." Keserakahan yang bikin takut mati.

Iman dan Syukur

Cahaya "iman" itu karunia dan hak Allah, jangan sombong saat kau dikaruniai "iman." Bersyukurlah atas iman itu.

Jangan Sombong

Wahai perempuan cantik, jangan sombong, bila penyakit kritis hinggap di tubuhmu, kau tak cantik lagi. Wahai pria gagah dan berkuasa, bila sakit kritis menyerangmu, kau tampak "memelas," melihatnya saja tidak tega.
Tapi lagi waras onggrongane por.
Yuk tunduk patuh pada Allah.

Kecewa dan Jatuh Sakit

Hal yang membuat kita jatuh sakit, ialah saat orang-orang yang kita cintai membuat kita kecewa.

Thursday, August 17, 2017

Jiwa dalam Ketenangan.

Orang yang dalam kondisi dan keadaan apapun tidak panik, tidak mengeluh, maka Allah akan mengundangmu kedalam surga (bahagia) dunia dan akhirat:
"Hai Jiwa dalam ketenangan."( Qur'an Surat Al-Fajr 27).

Hidup adalah ibarat lagu dangdut.

Hidup adalah ibarat lagu dangdut; kadang ceria kadang duka, tapi tetaplah berjoget. Dan bergembiralah.

Kegagalan Bisnis dan Anak.

Saya merasa kegagalan bisnis saya, lantaran Allah akan mengajarkan anak-anakku menjadi mandiri dan melesat. Rasa syukur yang dalam, dan kini aku mulai move on.

Pengajarjan hidup dari Tuhan.

Sabar, sabar yang baik. Jangan reaktif terhadap nasib yang menimpa kita. Karena disana Tuhan sedang memberikan pengajaran hidup yang dibutuhkan kita.

Jadikan Yakub, sebagai uswah.

Tetap gembira, meski gak disuka

Kalau kau punya teman, dan temanmu sudah tak percaya lagi padamu, bisa karena kamu membosankan karena sering utang, atau kamu sering tidak menepati janji. Atau kamu sering menyampaikan mimpi-mimpi yang dianggapnya "ndosbol."

Tinggalkan temanmu itu, dan kerjakanlah apa yang menjadi impianmu; dan apa yang bisa kau kerjakan, jangan berhenti. Dan tentu tetap gembira. Jangan mau hatimu dilanda sedih. Gembiralah.
Itulah yang dilakukan Jack Ma. Dan jutaan orang sukses lai

Kemauan untuk bangkit

Bila bisnismu tidak berhasil, dan gagal, banyak orang yang marah kepadamu: mitra bisnis, dan mungkin keluargamu. Untuk itu, kesabaranmu dan kearifanmu sangat dibutuhkan. Dan kamu harus memelihara diri agar selalu sehat dan berpikir positif,

Mulailah melangkah yang mungkin bisa dilakukan, jangan diam. Seperti Jack Dawson dan kekasihnya saat kapal "Titanic" tenggelam. Hampir semua orang putus asa dan menghibur diri, 

Pasangan kekasih ini berusaha untuk selamat. Meskipun Jack dalam keadaan tangannya diborgol, serta tak ada fasilitas sama sekali. Tapi kemauannya untuk selamat, luar biasa..
Selamat malam kekasih.

PERLUKAH KITA BERMEDSOS KETIKA KITA SEDANG MENGALAMI BANGKRUT DAN DIVONIS PENYAKIT KRITIS.

PERLUKAH ORANG YANG SEDANG BANGKRUT DAN DIVONIS SAKIT KRITIS, BERMEDSOS RIA? Memang tergantung pilihan. Ada orang yang memilih menyendiri da...