Thursday, August 24, 2017

Membangun Kepercayaan

Sulit bagi orang yang bangkrut membangun kepercayaan. Gagal bisnis umumnya lantaran seringnya tidak bisa memenuhi janji-janji dengan mitra bisnis. Dan untuk mengembalikan teramat sulit. Tapi bukan berarti tidak bisa mengembalikan kepercayaan lagi. Sangat bisa, hanya saja harus sabar dalam menjalani proses.

Pertama, penuhilah janji-janji yang mungkin bisa dipenuhi dari yang ringan-ringan. Jangan berjanji yang hanya menyenangkan orang lain, tapi sesungguhnya tidak akan bisa dipenuhi. Misalnya karena tekanan yang kuat dari sang penagih, karena takut, lantas berjanji. Ini tidak boleh dilakukan. Lebih baik pahit di depan.

Kedua saya memilih berjanji dengan orang yang menghutangi dengan nilai yang paling kecil, meskipun utangnya cukup besar. Seperti contoh, kami utang dengan mitra senilai Rp. 100 juta, kami sudah ditekan dan diancam, tapi kami tetap mengatakan, "untuk makan saja, saya susah, bagaimana saya bisa memenuhi janji dengan angsuran yang sesuai dengan permintaan si penagih utang. Saya bilang , insya Allah saya bisa mengngsur sebulan Rp. 100 ribu. Alhamdulillah disetujui. Alhamdulillah hal ini sudah berlangsung lebih dari dua tahun.

Adapun utang yang lebih besar, saya bilang insa Allah kalau pendapatan saya meningkat, baru bisa mengangsur. Pernah kami ketemu orang yang mengutangi di depan ATM, orang itu bilang"masih ingat saya pak?" Saya bilang tentu ingat Bu. Lantas ibu - ibu itu bilang , "Saya tidak mengharapkan Bapak ngangsur besar, seadanya saja, boleh sebulan Rp. 500 ribu/bulan. Saya jawab, doakan saja ya Bu, saya lagi berusaha membangun jaringan kembali dan membangun bisnis lagi. Doa kan saya sehat.

Ini saya lakukan tentu setelah semua aset yang saya miliki dijual untuk membayar utang. Dan saya sudah tidak memiliki lagi barang berharga yang bisa dijual. Termasuk buku-buku kesukaan saja saya jual, sehingga bacaanku hampir habis untuk makan sehari-hari. Saya utamakan membayar utang, semua milik anak pun saya paksa saya jual seperti motor, laptop dan hak mereka sebagai anak pun aku tarik yakni keluar dari Perguruan Tinggi dan sekolah.

Saya tunjukkan dengan sungguh-sungguh ingin mengatasi masalah. Tentu ada yang percaya dan ada yang menganggap kami pura-pura. Sehingga tidak mau tahu, tapi saya harus cukup sabar untuk menjelaskan kepada mereka, bahwa saya jujur.

Di dalam bisnis saya juga membangun kepercayaaan. Karena saya sebagai agent properti, saya memasarkan secara maksimal, melebihi orang lain, atau agen lain. Saya habis-habisan dalam memasarkan properti yang menyerahkan kepada saya. Itu dulu yang saya kerjakan untuk membangun kepercayaan dalam bisnis.

Alhamdulillah saya sejak muda memang punya reputasi yang baik, pekerja keras, dan jujur. Kalau pun saya terjadi slip dalam bisnis, itu diluar kendali saya. Dan mereka tahu dari informasi yang mereka dapatkan tentang saya.

Kini saya melakukan optimalisasi pemasaran properti. Yakni menggunakan, media-media yang ada, tentlu yang gratis seperti: Instagram, Facebook, youtube, Dengan modal seadanya saya bikin video, artikel iklan dan BC melalui Whatsapp dan Blackberry. Pokoknya saya habis-habisan dalam melakasanakn pemasaran, sehingga kami ditambah lagi untuk memasarkan properti, meski penjualannya belum membanggakan.

Semua itu hanya lah ikhtiar, tapi menanamkan kepercayaan dihati mitra dan oran glain hak Allah. Kita sebagai manusia tidak berhak.

2 comments:

  1. Saya harus banyak belajar dari mas Zaenal. Cerita mas Zaenal mirip dengan pengalaman saya. Semoga kita bisa saling share pengalaman. Terimakasih telah menuliskan pengalaman anda. Saya merasa sedang bercermin.

    ReplyDelete

PERLUKAH KITA BERMEDSOS KETIKA KITA SEDANG MENGALAMI BANGKRUT DAN DIVONIS PENYAKIT KRITIS.

PERLUKAH ORANG YANG SEDANG BANGKRUT DAN DIVONIS SAKIT KRITIS, BERMEDSOS RIA? Memang tergantung pilihan. Ada orang yang memilih menyendiri da...